Jumat, Agustus 29, 2008

The Dark Review

Setelah sekitar setahun menunggu keluarnya film ini sejak mendengar judul resminya, hari jumat kemarin, Juli 18 08. Sebagai Batfan gw memutuskan untuk nonton film ini di salah satu bioskop termewah di Indonesia, Blitz megaplex di Pacific Place, di Velvet classnya yang tiketnya itu langsung satu paket seperempat juta buat dua orang. Langsung buat dua orang karena ternyata kita bukan membayar kursi tapi ranjang yang bisa muat 2 orang lengkap dengan 2 bantal besar, 2 bantal sedang, 2 bantal sofa, selimut, dan 2 pasang sendal bulu ala hotel berbintang.(dan gw sempet mikir dengan harga segitu setidaknya gw bisa dapet popcorn dan soft drink on the house. Tapi ternyata ngga) Kenapa? Karena gw pengen bikin semuanya sempurna buat film yang satu ini. Padahal biasanya gw nonton di Gajah Mada dimana tiket weekdaysnya cuma 10.000, dan gw ga rela buat nambahin 5.000 buat nonton di weekend. Tapi ternyata ada beberapa detail yang bikin pengalaman kemarin kurang sempurna. Ranjang yang gw pilih ada di posisi kanan (satu baris cuma ada 3 ranjang) dan baris yang gw pilih itu satu baris dibawah garis yang paling tengah ( cuma ada 6 baris di theatre itu). Dan yang paling bikin kesel adalah karena Velvet class hanya muat sedikit orang dan berkesan super eksklusif dan sangat personal, jadinya layarnya secara signifikan lebih kecil daripada theatre umum lainnya. So be it lah. Sekarang reviewnya

Beware!!! Inilah satu kata yang ingin gw sampaikan kepada semua orang yang mau nonton TDK. Ada beberapa alasan

  1. INI BUKAN FILM MENGENAI BATMAN ATAU BRUCE WAYNE!!! Penggambarannya adalah 40% tentang Joker, 40% tentang Harvey Dent, dan HANYA 20% (bahkan kurang) tentang The Caped Crusader himself.
  2. INI BUKANLAH FILM ACTION!!! Sebagian besar, dan justru yang menjadi inti dan paling banyak menarik perhatian adalah cerita tentang pendalaman karakter-karakter di film ini.
  3. FILM INI BERDURASI +/- 150 MENIT!!!. Jadi pastikan kalian menyiapkan SEMUANYA sebelum masuk ke theatre.

Kombinasi ketiga faktor hanya memungkinkan 2 kesimpulan yang sangat bertolak belakang. Entah kalian akan menganggap inilah Masterpiece yang harus menjadi tolak ukur bagi semua film bertema Superheroes, atau kalian merasa seharusnya Christopher Nolan, Christian Bale, Michael Caine, Gary Oldman, Aaron Eckhart, Maggie Gyllenhall dan Morgan Freeman lebih baik mengikuti Heath Ledger untuk mati saja karena film ini sangat jelek dan membosankan.



Inilah analisa untuk kedua pihak


Bagi semua orang disana yang hanya mengenal Batman sebagai superhero (dan beberapa orang cukup bodoh untuk berpikir bahwa Batman bisa terbang) dan berharap mereka akan melihat film yang isinnya penuh dengan adegan dimana Batman dengan kostum kerennya menggunakan Keysi, Wing Chun, Silat untuk menghajar musuh-musuhnya dalam pertarungan jarak dekat atau Biu jee, Hapkido dan Savate untuk pertarungan jarak menengah. Mereka akan sangat kecewa. Karena semua pertarungan Batman dengan lawan-lawannya dapat diselesaikan dengan 1 atau 2 pukulan sehingga satu-satunya pertarungan yang kalau ingin benar-benar dipaksakan untuk dibilang seru, adalah ketika sang kelelawar digigit anjing. Dan semua adegan itu pun terbilang sangat sedikit dan sangat cepat untuk film -yang diberi genre- action dengan durasi 150 menit. (Lihat peringatan poin kedua) Jadi untuk anak-anak hampir dipastikan akan terlelap setelah sekitar 90 menit film ini berlangsung, dan untuk yang lebih dewasa, mereka pasti akan lebih asik mojok dengan pasangan masing-masing atau malah sms-an daripada mendengar setiap dialog.

Jadi sangat bisa dimengerti kalau ada yang mengatakan kalau TDK jelek dan lebih bagus prekuelnya, karena setidaknya ada lebih banyak adegan aksi. Adegan Bruce Wayne dan Henry Ducard/ Ra’s Al Ghul berkelahi di atas danau beku di Tibet dan terakhir di kereta. Dan cerita “pembentukan” Batman dengan latihan ekstrim di markas League of Shadows. Jadi simpelnya di Begins yang menjadi tokoh sentral adalah Bruce Wayne, dan kemudian Batman. Dan inilah alasan kenapa Begins lebih bagus, sedangkan TDK sangatlah berbeda.(Lihat peringatan poin pertama)

Karena buat mereka, tidak ada yang peduli tentang perkembangan karakter Joker. Apa arti Batman buat Joker, dan sebaliknya, atau bagaimana Joker bisa menjadi archvillain Batman, dan bagaimana Joker sangat, sangat, sangat berbeda dengan musuh Batman lainnya, atau bahkan dengan seluruh penjahat di jagad komik amerika

Atau tentang Harvey Dent, bagaimana dia mendapat lukanya, bagaimana seorang pejuang kebenaran bisa berbalik seratus 180’ menjadi musuh Batman yang paling terkenal kedua setelah Joker, apa latar belakang di balik perubahan ekstrim tersebut.

Di mata orang awam semua info diatas hanyalah formalitas belaka dan yang penting adalah bagaimana Batman menghajar dan mengirim mereka kembali ke Arkham Asylum.

Atau tentang Jim Gordon. sedikit orang yang tahu bahwa konflik pribadi Joker bukan hanya dengan Batman, bahkan seharusnya konflik Joker dengan Jim Gordon lebih dalam daripada dengan Batman. Tetapi mungkin di mata orang Jim Gordon adalah polisi tua yang hanya mempunyai idealisme tetapi tak bisa melakukan apa-apa.

Dan sekarang mari kita menyebrang ke sisi berikutnya

Buat orang yang merasa mereka sudah cukup mengenal Batman untuk mengatakan TDK jelek cobalah berpikir lagi.

Batman adalah manusia biasa. Kalau begitu kenapa Batman disebut sebagai superhero. Anda lalu berpikir kalau Anthony Stark jugalah seorang manusia biasa. Perbedaanya adalah Tony adalah orang biasa yang ketika beraktivitas sebagai superhero dia 100% mengandalkan teknologi. Repulsor Ray, Uni Beam, you name it he has it, or at least he’ll built one inside his armor. Tapi tanpa armornya, seorang polwan yang terlatih akan mampu menghajarnya sampai pingsan. Tapi Batman? Dia adalah manusia biasa yang telah melatih tubuh dan pikirannya menjadi senjata. Dia belajar Wing Chun, Keysi, Silat (ya, Silat dari indonesia), Hapkido, Judo, Karate dll,dll dan berbagai bela diri dari yang mainstream hingga yang eksotis dari seluruh penjuru dunia. Dia belajar Yoga, Meditasi, Tai Chi untuk benar-benar mendalami arti pepatah “segala sesuatu berasal dari pikiran.....termasuk rasa sakit” termasuk di dalamnya sakitnya patah tulang punggung, gegar otak akibat jatuh dari ketinggian, tulang atau sendi yang tergeser, beberapa luka tembak, luka tusuk, dan beberapa racun saraf baik itu fear toxinnya scarecrow atau laugh gasnya Joker. Dan juga belajar ilmu Kriminologi dan Psikologi kriminal, sehingga Batman juga adalah detektif yang hebat. Itulah kenapa dalam proses lahirnya Batman dikisahkan (diceritakan juga di Batman Begins) Bruce berkelana keliling dunia untuk pencarian jati diri hingga akhirnya mendapat “jawaban” di markas League of Shadows. Jadi dalam perannya sebagai Batman, Bruce hanya mengandalkan dirinya dengan sedikit bantuan teknologi. Itupun tidak akan dipakai jika tidak terdesak. Bahkan satu-satunya yang bisa dibilang relatif rutin dipakai adalah Bat-shuriken, grappling hook, dan mantlenya. Dua terakhir itupun bukan untuk berkelahi dengan musuh. Selebihnya hanya mengandalkan kekuatan pukulan dan tendangan manusia normal dan persona Batman dengan menyebarkan rasa takut di benak para penjahat. Gaya bertarungnya pun spesifik. Batman bukan petarung berisik dan heboh. Jadi jangan harap ada adegan Batman menghajar seseorang dengan slow motion. Dia adalah petarung cepat, efektif dan efisien dan penuh perhitungan. Jadi kalau dengan satu pukulan di rahang bisa membuatmu pingsan, dia gak akan repot-repot melakukan tendangan berputar atau salto seperti di THE MATRIX. Dan dia juga gak akan berpose yang aneh-aneh sebelum atau sesudah berkelahi seperti BLADE. Tapi jangan salah... hanya karena dia bersumpah tidak akan membunuh, jika kau sudah membuatnya benar-benar kesal bukan berarti dia tidak akan membuatmu berdarah dan merasa sangat kesakitan.

Kembali ke filmnya, karena itulah adegan pertarungan fisik Batman di TDK dan di film Batman lainnya tidak akan pernah menjadi sajian klimaks. (kecuali untuk tokoh-tokoh panjahat tertentu yang sangat spesifik sekali) Bahkan dari Begins dan TDK sudah ada pola, setiap kali ada pertarungan fisik Batman dengan musuhnya kita harus menyetel DVD kita menjadi ½ speed untuk bisa benar-benar menangkap gerakannya dengan jelas dan berkata wooow. Selebihnya kita hanya bisa melihat gerakan yang kabur lalu lawannya sudah tersungkur di tanah. Dan Christopher Nolan sudah mengetahui hal ini.

Alasan kedua tentang adegan pertarungan Batman adalah lawannya. Selain Ra’s Al Ghul yang pernah menjadi mentor Batman, Bane dan juga Killer Croc dan mungkin Clay Face yang hanya mengandalkan kekuatan fisik tanpa disiplin ilmu tertentu, Batman tidak mempunyai satupun musuh yang bisa memberikan ancaman serius atau bahkan mengimbanginya dalam pertempuran satu lawan satu yang adil. Termasuk Joker yang ironisnya adalah musuh abadi dan terbesarnya. Sekali lagi itulah kenapa adegan pertarungan yang keren tidak akan pernah menjadi klimaks dari konflik Batman dengan lawannya. Dan sekali lagi, hal ini juga sudah diketahui oleh Chris Nolan.

Pada TDK, Latar belakang kelahiran Batman sudah sangat jelas, motifnya, tekad perjuangannya untuk terus bergadang setiap malam sebagai pemain tunggal dalam perang melawan kejahatan. Sebuah perang yang bahkan Bruce Wayne sendiri sudah mengetahui dengan jelas tidak akan pernah berakhir. Inilah kenapa dalam TDK perkembangan karakter Batman sangat sedikit sekali. Dan justru 2 elemen penting yang ikut mendefinisikan Batman bisa terlihat sangat kuat karena perkembangan 2 karakter musuhnya telah dijelaskan dengan sangat solid. Dan inilah juga kenapa gw bilang TDK bukan film tentang Batman. Ini adalah film yang dengan inti cerita diluar Batman yang kebetulan mempunyai dampak kepada Batman.

Lalu kalo begitu kenapa hal ini semua malah dibilang bagus???

Tidak seperti superhero lainnya, legenda ksatria kegelapan memang sebenarnya adalah cerita yang gelap, atau istilahnya ‘noir’. Cerita tentang kota korup dengan angka kejahatan tertinggi yang ada di Amerika Serikat. Dipenuhi dengan mafia, polisi kotor, geng-geng penjahat dari perampok dan pemalak kecil di gang-gang gelap dan kumuh hingga perampok bank dan penculik yang tak segan-segan untuk membunuh.

Dengan konsep cerita seperti ini maka musuh Batman tidak akan berupa alien atau robot atau mutant yang ingin menguasai dunia atau tokoh penjahat lainnya yang terlalu “fiksi ilmiah” dan punya kekuatan super yang gila-gilaan seperti pada film X-men, Ironman, atau Hulk. Tetapi untuk bisa sejalan dengan konsep cerita Batman maka penjahatnya harus berupa tokoh manusia “normal” dengan pemikiran dan tindakan seperti seorang kriminal kejam dan sinting dengan tipe kejahatan yang tidak global, tapi lokal. Jika penjahat terlalu fiksi ilmiah maka konsep noir akan langsung hilang, dan Batman akan jadi seperti superhero lainnya yang ingin menyelamatkan dunia dari kehancuran. Tetapi jika penjahatnya terlalu normal maka film Batman tidak akan ada bedanya dengan Godfather, atau James Bond dengan semua peralatan canggihnya, atau film-film detektif lainnya yang berusaha menangkap seorang kriminal psikopat yang berkeliaran dengan “permainan” gilanya dalam mencari sasaran berikutnya. Jadi Batman harus mempunyai tokoh antagonis yang benar-benar ikonik yang menggambarkan lebih dari sekedar tindak kejahatannya. Sekali lagi gw bilang, Batman harus mempunyai tokoh antagonis yang benar-benar ikonik yang menggambarkan lebih dari sekedar tindak kejahatannya. Itulah kenapa musuh Batman harus mempunyai penggambaran latar belakang yang sangat-sangat kuat. Dan itulah yang terjadi di TDK. Dan sekali lagi...... Christopher Nolan juga mengetahui hal ini.



THE BAD JOKE


Kalo masih mau dipaksa, TDK itu ada jeleknya. There aren’t enough JOKEs. Buat seorang archvillain yang udah terus mendampingi Batman selama hampir Batman ada. Porsi Joker di TDK sangatlah kurang. Dengan porsi film yang terbagi dua dengan asal mula Two face, porsi peran Joker terasa kurang menggigit. (Ini subjektif, karena ekspektasi gw sebagai Batfan. Buat orang biasa, debut Joker di TDK pasti udah sempurna) Seharusnya Chris Nolan menjadikan TDK sebagai Tribute to the Prince of Clown dan memfokuskan semuanya terhadap Joker and Joker alone. Heck, bahkan kalo menurut gw, seharusnya Batman dibuat trilogi khusus yang isinya konflik Batman dan Joker doang. Satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini adalah TDK ga boleh jadi film terakhir Batman Bale/Nolan yang ada Jokernya. HE MUST RETURN. Nah masalahnya sepeninggalan Heath siapa yang bakal jadi Joker. Gw sih masih mengharapkan Adrien Brody. Figur kurus kerempeng, dan hidung yang gede pas banget buat jadi Joker.

Kekurangan yang terakhir itu masih tentang Joker juga. Simple sih, selama sepanjang film gw mengharapkan ada adegan (ga perlu gambarnya suaranya juga cukup kok) Joker ketawa gila cekikikan kehilangan kendali 30 detiiik aja tapi ga ada juga. Memang sih Chris Nolan bilang dia mau lebih menampilkan sosok kejamnya. But come on... 30 seconds of him laughing crazily will pay up Chris, Believe me.

Entry terakhir adalah tentang kenapa Joker beda dari penjahat superhero lainnya.

Biasanya para penjahat melakukan aksinya karena balas dendam atau masalah pribadi seperti The Abomination, atau buat mendapatkan kekuasaaan dan kekayaan sepertiLex Luthor atau Obadiah Stane. Atau ya paling standar buat menguasai dunia lah kaya Magneto. Tapi Joker...... “Some people just want to see the world burns” (Well said, Alfred) dia sama sekali gak ada ambisi apapun, gak ada masterplan buat nguasai dunia. Dia cuma pengen bermain dengan Batman. Dia keluar dari Arkham bukan buat bales dendam. Seperti kata Joker, dia gak akan ngebunuh Batman, karena dia terlalu asik buat diajak main. Dia keluar buat bikin Batman gila, ngebunuh beberapa orang yang deket sama Batman, dan kalau memang udah puas maen dan memang udah saatnya selesai, dia gak akan ngelawan waktu ditangkap, bahkan menyerahkan diri tanpa perlawanan kaya di cerita ”No Man’s Land” setelah dia menembak istri Komisioner Gordon, Sarah Essen tepat di kepalanya.

Joker ada karena ada Batman, kalo gak ada Batman, Joker gak akan ada motivasi sebegitu besarnya buat keluar dari penjara dan memainkan permainan gilanya. Joker mungkin gak akan tampil dalam crossover JLA yang ceritanya tentang kehancuran dunia. Gw bahkan gak bisa bayangin apa jadinya kalo ada Joker di cerita “Crisis” (gw blm baca) Joker itu perwujudan murni dari kejahatan. Semua penjahat masih bisa gw bayangin memiliki sisi baik kalo sudut pandangnya diubah. Tapi Joker... i wouldn’t know about that. Joker’s sick, crazy, he smile’s all the time, but he’s nowhere funny.

HA...HA...HA

Tidak ada komentar: